By Yayu Romdhonah*
*Dosen di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten; D1 The United Graduate School of Agricultural Sciences, Ehime University, Japan
Jepang dan Indonesia memang berbeda dalam banyak hal, termasuk suasana akademik di Perguruan Tinggi. Tiga bulan menjadi mahasiswa di Ehime University Jepang memperlihatkan banyak hal kepada saya baik sebagai mahasiswa maupun sebagai dosen yang sedang tugas belajar. Situasi akademik ini spesifik hanya di kampus dan Lab saya ya. Di kampus lain atau di Lab lain di kampus yang sama mungkin akan berbeda. Saya coba gambarkan suasana akademik berdasarkan secuil pengalaman saya sebagai Doctoral Student menjadi beberapa poin berikut. (Teringat pengisian borang akreditasi program studi. Anyway, enjoy!)
- Interaksi dosen-mahasiswa
Saya memiliki 3 orang dosen pembimbing atau istilahnya supervisor. Ketiganya memiliki karakter yang berbeda. Dengan mempelajari karakter dosen, saya bisa membawa diri dengan baik saat berinteraksi dengan mereka. Misalnya dengan lebih berhati-hati dalam bersikap dan berkata-kata dengan dosen yang berkarakter strict. Ditambah pengetahuan standar budaya Jepang, things will be just fine, in sya Allah.
Di sini, interaksi dosen (sensei) dengan mahasiswa dilakukan melalui beberapa metode. Ada tatap muka untuk diskusi penelitian yang dilakukan sepekan sekali atau minimal 2 pekan sekali. Artinya, saya harus memiliki progres dalam sepekan dan mempresentasikannya di hadapan sensei. Metode interaksi lainnya adalah melalui email, misalkan untuk membuat janji pertemuan dengan sensei. Kalau sensei oke, saya “book” waktu tersebut di google calendar grup Lab. So, everyone in the lab knows I have meeting with sensei at that particular time, and sensei will keep that time for me. Konsultasi penelitian juga bisa dilakukan melalui email apabila sensei sibuk. Jadi tidak ada sms-an untuk janji bertemu, apalagi ngetuk pintu ruangannya atau istilahnya “nodong” dosen untuk diskusi. Menelfon sensei hanya dilakukan saat kondisi darurat. Oya, sensei juga occasionally masuk student room untuk sekedar chatting (istilah saya sih “sidak” hehe) atau bawa kue oleh-oleh business tripnya.
Menurut saya, sensei-student relationship is very unique in Japan. Di luar rutinitas akademik, mahasiswa dan dosen memiliki hubungan yang baik. Mahasiswa secara sukarela patungan membelikan sensei hadiah dan bouquet saat beliau got promotion. Mahasiswa juga mengucapkan dan memberikan hadiah ultah untuk sensei. Untuk menentukan hadiahnya, kami melakukan voting. Saya lihat mereka sayang sekali dengan sensei. Walau demikian, mahasiswa mengetahui batasan-batasan berinteraksi dengan sensei sebagai orang yang sangat mereka hormati. In return, sensei juga sangat menghargai mahasiswa. Untuk kasus saya sebagai satu-satunya Muslim di Lab, saya diberikan kebebasan untuk mengerjakan sholat. I am very grateful for this.
- Interaksi mahasiswa-mahasiswa
Lab. Physiological Green System memiliki 2 student rooms, 3 intelligent greenhouses, dan Lab Center untuk analisis laboratorium. Total mahasiswa di Lab ini ada 21 orang. Mahasiswa program Sarjana tingkat 4 atau di sini istilahnya B4 (Bachelor program, 4th year), Master dan Doctoral mendapatkan tempat untuk bekerja sehari-hari di student room. Tidak ada jadwal tetap jam berapa harus datang dan pulang. Yang penting ada progress sesuai arahan sensei, dan kegiatan yang dilakukan (apakah pengukuran di greenhouse atau jikken di Lab Center) dikomunikasikan di google calendar maupun di attendance register board di Pintu masuk student room. Terkadang Sabtu/Ahad/tanggal merah tetap ngampus karena ada deadline ataupun harus jikken. Semua mahasiswa anggota Lab akan berkumpul sepekan sekali dan bertemu sensei saat Lab Seminar.
Karena tidak ada janitor seperti di Indonesia, mahasiswa bertanggung jawab atas kebersihan student room, greenhouse, maupun Lab Center. Karena menjadi tanggung jawabnya, tidak ada mahasiswa yang meninggalkan sampah sembarangan. Setiap Jumat siang semua berpartisipasi mengeluarkan sampah dari trash bin di 3 tempat itu ke garbage station. Mahasiswa juga menjadwalkan big cleaning pada akhir tahun. Tahun ini big cleaning dilakukan tanggal 18 Desember kemarin. Jendela, lantai, sink, filter AC dan debu-debu setiap ruangan pun dibersihkan oleh mahasiswa. Siapa bertugas membersihkan apa dibagi oleh ketua dan semua manut. Setiap anggota Lab menghormati keputusannya. Setelah itu malamnya diadakan year-end party. Berhubung alcohol is served, saya memilih tidak ikut party. Semua menghormati keputusan saya, termasuk sensei. Basically, Japanese are very respectful to others. We just need to be communicative with everyone about Islam.
Mereka memang diajarkan untuk menghormati orang lain sejak kecil dan benar-benar melekat dalam kehidupan dewasanya. Sejak saya sampaikan hal-hal yang tidak boleh saya konsumsi, minuman yang dihidangkan saat Lab seminar pun mengikuti. Hal ini dilakukan karena saya juga berpartisipasi urunan membeli minumannya. Artinya, selama 3 tahun kedepan mereka “terpaksa” mengikuti selera saya. Pun kalau sensei atau teman lab ada yang membawa kue-kue, mereka akan bilang “dame” apabila saya tidak boleh mengkonsumsinya. Alhamdulillah, Allah senantiasa beri kemudahan.
Satu lagi yang sangat berkesan, dan mungkin jarang terjadi di Indonesia. Mahasiswa saling membantu dalam penelitian dan kegiatan Lab. Pekerjaan pengambilan data penelitian di greenhouse atau analisis sample di Lab hampir mustahil dilakukan sendirian. Seseorang akan memposting jadwal di google calendar grup dan di LINE grup terkait pengambilan data, kemudian mahasiswa yang free pada waktu tersebut akan merespon postingan tersebut dan membantu pada waktu yang telah dijanjikan. Contoh yang lainnya adalah terkait pembuatan laporan/progress report untuk Lab Seminar. Biasanya sebelum presentasi di Lab Seminar, seorang B3 misalnya, akan presentasi dihadapan kakak tingkat B4, atau M1 dan meminta masukannya. Atau M2 akan minta koreksian dari D1 atau D3. Tidak ada kakak tingkat yang merasa keberatan dimintai bantuan oleh adik tingkatnya. Dan ini dilakukan tanpa imbalan, alias kakak tingkat tidak minta traktir kepada adik tingkatnya lho.
Kegiatan Lab yang rutin dilakukan adalah pemeliharaan tanaman tomat di greenhouse. Lab tidak mempekerjakan tukang kebun sehingga mahasiswalah yang bertanggung jawab. Biasanya Selasa sore semua berkumpul di student room untuk berdiskusi mengenai kondisi tanaman pekan itu dan membuat keputusan terkait greenhouse environmental controlling untuk pekan berikutnya. Setelah berdiskusi, salah satu mahasiswa yang menjadi penanggung jawab akan menghubungi seorang ahli (baca: professional grower) via SKYPE untuk melaporkan keputusan mereka (misalkan terkait EC larutan nutrisi yang digunakan, pengoperasion heater, CO2 supplementation device, window opening controller dll). Semua mendengar dan beberapa menyampaikan pandangannya. Mereka melakukannya secara mandiri dari mulai pembibitan hingga panen nanti. Ini dilakukan sepanjang tahun karena setelah panen akan ada penanaman berikutnya.
- Proses perkuliahan
Proses perkuliahan di sini selalu dimulai tepat waktu sehingga mahasiswa maupun dosen harus datang sebelum waktu perkuliahan dimulai. Dengan kata lain, terlambat adalah hal yang tabu. Atau bahasa umumnya: Early is on time, on time is late, and late is unacceptable. Beda sekali dengan di Indonesia ya.
Ada beberapa subject yang saya ambil di program Doktor dan satu subject program Master yang saya ikuti atas arahan sensei (baca: sit in). Untuk subject di program Doktor, kuliah dilakukan melalui video conference dengan beberapa universitas di Ehime Prefecture, atau belasan university di Jepang. Alhamdulillah, seru sekali karena saya bisa menimba ilmu dari banyak professor walau saya tidak pergi ke universitasnya.
Untuk subject pada program Master yang saya ikuti, saya melihat sensei selalu bersemangat memberikan lecture. Materinya sebenarnya berat, tapi beliau menyampaikan dengan penjelasan yang sederhana sehingga mudah dipahami dengan hanya melihat ilustrasi di slides. Beliau juga selalu mengambil nilai mahasiswa pada saat perkuliahan dengan bertanya kepada satu per satu mahasiswa. So, tidak ada mahasiswa yang berani tidur termasuk saya yang tidak mengerti Japanese.
Oke, itu saja yang bisa saya sampaikan. Semoga bermanfaat!
Leave a Reply