Oleh Nadya Fadillah F (Universitas Negeri Jakarta/ nadyaffidhyallah@gmail.com)
PENDAHULUAN
Globalisasi dan pasar bebas erat kaitannya dengan persaingan yang ketat pada masyarakat di Indonesia dalam memperoleh pekerjaan. Mereka yang tidak mampu bersaing sudah pasti akan menambah jumlah pengangguran yang ada, di mana pengangguran dapat terjadi ketika jumlah para pencari kerja tidak sebanding dengan ketersediaan lapangan pekerjaan, atau kualifikasi yang ditetapkan oleh tempat kerja yang tidak terpenuhi oleh para pencari kerja tersebut.
Menurut data statistik Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2017, tingkat pengangguran terbuka menurut pendidikan didominasi oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebesar 9,27 persen, disusul Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 7,03 persen, Diploma 6,35 persen, Sarjana 4,98 persen, Sekolah Menengah Pertama (SMP) 5,36 persen, dan Sekolah Dasar (SD) ke bawah sebesar 2,74 persen. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa lulusan SMK menduduki peringkat pertama sebagai penyumbang pengangguran terbesar di Indonesia. Padahal di sisi lain, SMK merupakan pendidikan menengah kejuruan yang menyeimbangkan antara penguasaan hard skills dan soft skills peserta didik untuk langsung siap bekerja dalam bidang tertentu.
I Nyoman Sucipta menyebutkan bahwa peserta didik SMK dituntut memiliki delapan kompetensi lulusan, yaitu: (1) communication skills; (2) critical and creative thinking; (3) information/digital literacy; (4) inquiry/reasoning skills, (5) interpersonal skills, (6) multicultural/multilingual skills; (7) problem solving; dan (8) technological/vocational skills (I Nyoman, 2009). Dari delapan kompetensi peserta didik SMK tersebut, 1 s.d. 7 merupakan soft skills, sementara kompetensi ke-8 merupakan hard skills. Ini menunjukkan bahwa sebenarnya dalam output yang diharapkan dimiliki oleh lulusan SMK dan juga menjadi kebutuhan DU/DI adalah lebih banyak pada penguasaan soft skills.
Namun, berbeda pada praktiknya, keterampilan yang diajarkan di SMK nyatanya lebih menekankan pada penguasaan hard skills saja, sehingga tidak heran apabila lulusan SMK mengalami kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan, atau sulit terserapnya lulusan SMK pada bidang dunia industri. Apabila mendapatkan pekerjaanpun mereka memiliki kompetensi yang baik untuk bekerja dengan keahlian hardskillnya, namun tidak diimbangi dengan keahlian soft skill yang baik seperti dapat bekerja sama dengan orang lain. Hal tersebut diperkuat oleh Tim Pakar Yayasan Jati Diri Bangsa, di dalam Didik dkk, yang mengatakan bahwa SMK lebih memusatkan perhatian pada pengembangan kemampuan untuk penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi saja sehingga semakin berkurangnya perhatian terhadap pembelajaran soft skill yang berdampak pada rendahnya soft skill bagi lulusan (Didik, 2013: 107-118). Hal inilah yang membuktikan bahwa kelemahan lulusan SMK dalam mengisi peluang kerja di dunia industri umumnya disebabkan oleh masalah penguasaan soft skills[1].
Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut, dapat dilakukan beberapa cara dalam mengembangkan soft skill peserta didik sesuai kebutuhan dunia industri dan cara yang dipilih pada artikel ini adalah dengan memberikan pelatihan kepada guru. Pelatihan atau training, menurut Rothwell di dalam Miarso, dapat diistilahkan dengan education, development dan training developmen (Miarso, 2015: 145). Hal tersebut menunjukan bahwa dalam kawasan teknologi pendidikan, pelatihan memiliki kesamaan makna dengan pendidikan di mana di dalamnya terdapat proses pembelajaran, hanya saja menurut UU no. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menjelaskan bahwa pelatihan merupakan satuan pendidikan nonformal.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa pelatihan merupakan proses pembelajaran yang mencakup tiga aspek pokok yaitu perolehan pengetahuan, keterampilan, dan pengembangan bakat dalam upaya meningkatkan kinerja seseorang dalam suatu pekerjaan tertentu atau pekerjaan yang spesifik. Oleh karena itu, berdasarkan uraian konsep, data, informasi, dan permasalahan pada latar belakang tersebut itulah yang menjadi dasar pemikiran penulis, untuk melakukan penelitian dalam rangka mengemembangkan sebuah desain model pe;atihan keterampilan bagi guru dalam mengembangkan soft skill peserta didik, khususnya di bidang keahlian multimedia.
Fokus penelitian ini adalah untuk mengembangkan sebuah model desain pelatihan keterampilan guru dalam mengembangkan soft skil peserta didik SMK bidang keahlian multimedia yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri, di mana model desain pelatihan yang akan dikembangkan akan menghasilkan silabus pelatihan, buku panduan pelatihan untuk instruktur dan handout pelatihan untuk peserta pelatihan.
Tujuan umum dari penelitian ini mengacu pada peseumusan masalah di atas, yaitu untuk mengembangkan sebuah model pelatihan untuk guru SMK bidang keahlian multimedia yang sesuai dengan kebutuhan industri, dengan rincian tujuannya adalah: (1) melakukan analisis kebutuhan pelatihan guru yang mampu membelajarkan keterampilan soft skill yang dibutuhkan dunia industri kepada peserta didik SMK bidang keahlian multimedia; (2) merumuskan tujuan pelatihan guru yang mampu mengembangkan keterampilan soft skill yang dibutuhkan dunia industri kepada peserta didik SMK bidang keahlian multimedia; (3) mengembangkan silabus pelatihan guru yang mampu mengembangkan keterampilan soft skill yang dibutuhkan dunia industri kepada peserta didik SMK bidang keahlian multimedia; (4) mengembangkan strategi pelatihan guru yang mampu mengembangkan keterampilan soft skill yang dibutuhkan dunia industri kepada peserta didik SMK bidang keahlian multimedia; (5) mengembangkan bahan pelatihan guru yang mampu mengembangkan keterampilan soft skill yang dibutuhkan dunia industri kepada peserta didik SMK bidang keahlian multimedia; (6) menguji bahan pelatihan dan silabus pelatihan guru SMK sehingga mampu mengembangkan pelatihan yang tervalidasi oleh ahli.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa inggrisnya disebut Research and Development (R&D), yang bertujuan untuk menghasilkan sebuah produk pelatihan melalui model desain pelatihan. Lebih spesifik, penelitian R&D yang dilakukan oleh peneliti berada pada level pertama, yaitu penelitian dan pengembangan untuk mengetahui potensi dan masalah yang ada pada suatu objek, melakukan penelitian untuk merancang produk, dan melakukan penelitian untuk menguji rancangan produk yang hanya sampai pada uji internal, yaitu melalui uji ahli desain pelatihan, ahli media, dan ahli materi. Gambar 7 di bawah ini menunjukkan alur penelitian R&D pada level pertama.
Tahap Pengembangan
Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pengembangan ADDIE karena memiliki langkah yang sederhana namun sistematis, dengan mengunggulkan pendekatan learner’s oriented. Berikut langkah-langkah model yang dikembangkan menggunakan prinsip ADDIE: (1) Analisis, yaitu dilakukan dua jenis analisis yaitu analisis kinerja dan analisis kebutuhan; (2) desain, meliputi penetapan learning experience yang harus dimiliki peserta pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan industri. Data berasal dari hasil analisis kebutuhan dan kinerja pada tahap pertama, merumuskan tujuan pelatihan yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus dengan jelas, lengkap, dan terukur, menentukan indikator keberhasilan peserta pelatihan dalam mengikuti pelatihan sesuai dengan tujuan umum dan khusus yang telah ditentukan, menentukan alat ukur (tes/non tes) atau alat evaluasi untuk bisa menilai kompetensi peserta pelatihan setelah mengikuti pelatihan, dan membuat rancangan bahan ajar, strategi pelatihan, media, metode, dan waktu pelaksanaan pelatihan; (3) pengembangan, pada tahap ini dilakukan pengadaan bahan ajar sesuai dengan tujuan pelatihan (learning outcomes) yang telah ditentukan di tahap sebelumnya; serta (4) implementasi dan evaluasi, pada tahap ini dilakukan uji coba kepada ahli media, ahli materi, dan ahli desain pelatihan. Pada tahap ini memungkinkan adanya revisi karena uji coba dilakukan minimal dua kali pelaksanaan, sesuai dengan penilaian ahli.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data hasil penelitian disajikan selaras dengan pertanyaan penelitian yaitu bagaimana mengembangkan sebuah model pelatihan soft skill untuk guru SMK bidang keahlian multimedia yang sesuai dengan kebutuhan industri. Data hasil penelitian kemudian dibahas menggunakan teori serta data hasil penelitian yang relevan.
Pembahasan Hasil Penelitian
Nama Produk
Model desain pelatihan yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebuah pelatihan keterampilan dalam mengembangkan soft skill yang dibutuhkan dunia industri pada peserta didik SMK bidang keahlian multimedia yang ditujukan untuk guru SMK bidang keahlian multimedia. Materi yang disajikan dalam pelatihan ini adalah materi soft skill berpikir kreatif, sesuai dengan soft skill yang menjadi kebutuhan prioritas untuk dikuasai peserta didik saat PKL atau lulusan SMK ketika sudah terjun di dunia industri. Dengan kata lain, peserta pelatihan diharapkan setelah mengikuti pelatihan ini memiliki keterampilan dalam mengembangkan soft skill berpikir kreatif peserta didiknya. Produk yang dihasilkan berupa paket pelatihan yang terdiri dari silabus pelatihan, panduan pelatihan, dan handout materi pelatihan.
Karakteristik Produk
Silabus Pelatihan
Silabus pelatihan digunakan untuk memudahkan peserta dan lembaga yang ingin menyelenggarakan pelatihan dalam memahami gambaran keseluruhan pelatihan. Silabus pelatihan terdiri dari (1) latar belakang pelatihan; (2) tujuan pelatihan; (3) peta kompetensi pelatihan; (4) pelatih/instruktur/fasilitator; (5) peserta pelatihan; (6) lama pelatihan; (7) daftar mata pelatihan; (8) kurikulum pelatihan; (9) strategi pelatihan; (10) kisi-kisi tes evaluasi pelatihan; dan (11) tes evaluasi (pre test dan post test). Silabus pelatihan ini disusun secara sistemik dan sistematis sehingga apabila langkah-langkahnya diikuti secara urut, instruktur atau peserta pelatihan tidak akan menemui kesulitan dalam mengikuti pelatihan.
Panduan pelatihan
Panduan pelatihan merupakan bagian dari silabus pelatihan yang berisi panduan bagi instruktur dalam memahami memahami pelaksanaan pelatihan yang telah dikembangkan. Isi dari panduan pelatihan terdiri dari: (1) latar belakang; (2) tujuan pelatihan; (3) peserta pelatihan; (4) waktu dan tempat pelatihan; (5) kompetensi peserta pelatihan; (6) materi dan pendekatan pelatihan; (7) skenario pelatihan; (8) jawdwal pelatihan; dan (9) strategi pelatihan.
Panduan pelatihan dibuat agar instruktur memahami dan mengikuti langkah-langkah yang seharusnya sehingga nantinya tidak akan menemui kesulitan dalam melaksanakan pelatihan.
Handout Pelatihan
Handout pelatihan adalah media cetak yang digunakan sebagai media untuk memudahkan peserta dalam memahami dan menguasai kompetensi pada materi pelatihan yang disampaikan. Isi dari handout pelatihan tediri dari materi konsep berpikir kreatif dan creative learning model yang masing-masing materi dilengkapi dengan latihan, simulasi, dan tes evaluasi agar peserta pelatihan dapat mempelajari materi pelatihan dengan lebih optimal.
Kelebihan Produk
Adapun kelebihan yang dimiliki oleh hasil dari pengembangan model desain pelatihan dalam penelitian ini adalah: (1) pelatihan didesain sesuai dengan kebutuhan pengguna sehingga dianggap dapat tepat sasaran dan dapat mencapai tujuan pelatihan secara efektif dan efisien; (2) materi yang dikembangkan dalam pelatihan ini mengacu pada analisis kebutuhan guru dan analisis kebutuhan dunia industri sehingga dianggap tepat sasaran dan dapat membantu penggunan dalam mencapai tujuan pelatihan yang telah ditetapkan; (3) handout pelatihan dilengkapi dengan contoh atau ilustrasi, latihan, simulasi, dan tes evaluasi (pre test-post test) untuk masing-masing materi sehingga dapat mengukur pencapaian hasil pelatihan setelah mengikuti pelatihan; (4) telah dilakukan revisi secara menyeluruh sesuai dengan langkah-langkah model pengembangan dan metode penelitian yang dipilih sehingga produk yang dihasilkan telah teruji validitasnya.
Kekurangan Produk
Kekurangan yang dimiliki dari hasil pengembangan model desain pelatihan ini adalah: (1) produk yang dikembangan baru sebatas desain yang sudah teruji secara internal saja, yaitu melalui uji ahli desain pelatihan, ahli materi, dan ahli media, sehingga dibutuhkan uji eksternal lebih lanjut (one to one, small group, dan field test) untuk menyempurnakan produk pengembangan; (2) materi yang dikembangkan hanya berisi materi konsep berpikir kreatif dan creative learning model yang sesuai dengan kebutuhan saja. Oleh karena itu, pengembangan materi dalam pelatihan ini dapat dilanjutkan; (3) media pelatihan yang dikembangkan hanya berupa media cetak, sehingga ilustrasi atau contoh yang disampaikan dipraktikkan oleh peserta pelkatihan sesuai dengan persepsi dan pemahaman masing-masing. Hal ini memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut berupa media pendukung tambahan berjenis audio visual sehingga mampu membantu peserta dalam melatih keterampilannya di luar tempat pelatihan.
Keterbatasan Penelitian
Pada proses pengembangannya menggunakan model pengembangan pembelajaran ADDIE, di mana pada pelaksanaannya terdapat beberapa bagian dari langkah-langkahnya yang tidak dilakukan secara mendalam karena keterbatasan peneliti dalam pelaksanaan waktu penelitian dan biaya produksi.
Alur proses pengembangan ADDIE yang berbentuk lingkaran dengan tahap evaluasi di tengah lingkaran dan terhubung keseluruh tahapan mengartikan bahwa proses evaluasi dilakukan terus menerus setelah melakukan setiap tahapan, namun pada penelitian ini evaluasi yang dilakukan tidak menyeluruh dan berfokus pada tahapan evaluasi setelah melakukan tahap development atau pengembangan. Selain itu, tahap implementasi tidak dilakukan dikarenakan produk yang dikembangkan berupa model desain pelatihan dimana hanya sampai pada uji internal melalui uji ahli desain pelatihan, ahli materi, dan ahli media, sehingga produk yang dikembangkan belum teruji efektivitasnya. Diharapkan ada penelitian lebih lanjut untuk mengetahui sejauh mana produk akhir ini efektif dalam melatih keterampilan peserta pelatihan mengembangkan soft skill peserta didiknya.
Selain itu, penggunaan instrumen tes kognitif dan tes psikomotorik tidak melalui validitas empiris dan validitas isi, melainkan hanya melalui validitas ahli, serta tidak diukur realibilitasnya. Hal ini dikarenakan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif dan hany bertujuan untuk menilai kualitas desain pelatihan, materi, dan media saja.
Selanjutnya, penelitian ini dilakukan hanya di satu tempat, sehingga hasil penelitian belum tentu dapat digunakan di tempat lain yang berbeda secara karakteristik penggunanya. Hal ini mengindikasikan bahwa hasil penelitian belum dapat digeneralisirkan.
KESIMPULAN
Mengacu pada rumusan masalah dan tujuan penelitian serta hasil dan pembahasannya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa desain pelatihan yang dikembangkan dinilai sangat baik oleh ahli. Hal ini didasarkan pada proses pengembangan yang telah mengikuti alur dan prosedur pengembangan, serta hasil pengembangan yang telah melalui tahap evaluasi formatif dari ahli desain pelatihan, ahli materi, dan ahli media.
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, model desain pelatihan ini memperoleh penilaian rata-rata dari para ahli sebesar 92,37% yang tergolong dalam kriteria sangat baik berdasarkan skala penilaian yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa produk akhir yang dikembangkan telah dinilai valid secara uji internal dan siap untuk diimplmentasikan.
DAFTAR PUSTAKA
Branch, Robert Maribe. Instructional Design: The ADDIE Aproach. New York: Springer, 2009.
Cruse dan D. Alan. Meaning in Language: An Introduction to Semantics and Pragmatics. New York: Oxford University Press, 2000.
Daryanto dan Hery Tarno. Pendidikan Orang Dewasa. Yogyakarta: Gava Media, 2017.
DePorter, Bobi. Quantum Thinker. Bandung: Penerbit Kaifa, 2010.
Dick, Walter, Lou Carey, dan James O. Carey. The Systematic Design of Instructional. London: Pearson Education, Inc., 2009.
Dimyat, Mudjiyono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Djohani, Rianingsih, dan Riza Irfani. 10 Jurus Menulis Modul Pelatihan. Bandung: Studio Driya Media, 2005.
Donald J., Treffinger. Research on Creativity. Buffalo State University College and Center for Creative Learning: Jurnal Gifted Child Quarterly. Vol. 30(1), 1986.
Emzir. Metodologi Penelitian Pendiidkan Kualitatif dan Kuantitatif Edisi Revisi. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2010.
Gall, Meredith D., Joyce P. Fall, dan Walter R. Borg. Educational Research: an Introduction Seventh Edition. USA: Pearson Education, Inc., 2003.
Gustafson, Kent L., Robert Maribe Branch. Survey of Instructional Development Models. USA: Syracuse University, 2002.
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Heinich, Robert , Michael Molenda, dan James D. Russel. Instructional Media and Technologies for Learning. USA: Pearson Education, Inc., 2002.
Januszewski, Alan. Educational Technology: The Development of a Concept. USA: Libraries Unlimited, Inc., 2001
Joyce, Bruce, Marsha Well, dan Emily Calhoun. Model of Teaching. USA: Pearson Education, Inc., 2015.
Kartika, Ikka. Mengelola Pelatihan Partisipatif. Bandung: Alfabeta, 2011.
Kaswan. Pelatihan dan Pengembangan untuk Meningkatkan Kinerja SDM. Bandung: Alfabeta, 2011.
Kemp, Morrison, dan Ross. Designing Effective Instruction. USA: Macmilan College Publishing Company, 1994.
Kyllonen, Patrick C. Soft Skills for the Workplace. The Magazine of Higher Learning, Vol. 45 (6), Change 2013.
Mariah, Siti dan Machmud Sugamdi. Kesenjangan Soft Skills Lulusan SMK dengan Kebutuhan Tenaga Kerja di Industri. http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id/240/1/ (diakses 15 Mei 2017).
Miarso, Yusufhadi. Menyemai Benih Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia Grup, 2011.
Munandar, S. C. Utami. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT. Gramedia, 1984.
Munandar, S.C. Utami. Kreativitas dan Keberbakatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999.
Prastowo, Andi. Panduan Kreatif membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: DIVA Press, 2015.
Prawiradilaga, Dewi S. Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta, Kencana: 2007.
Prayitno. Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. Jakarta: Grasindo, 2009.
Pribadi, Benny A. Desain Pengembangan Program Pelatihan Berbasis Kompetensi. Jakarta: Prenada Media Grup. 2014).
Pribadi, Benny A. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat, 2009.
Permana, M. Zein. Panduan Praktis Personality Assessment. Jakarta: Raih Asa Sukses, 2017.
Ravi, V. Educational Technology. USA: Laxmi Book Publication, 2016.
Riduan dan Sunarto. Pengantar Statistika untuk Peneltian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Robles, Marcel M. Executive Perceptions of the Top 10 Soft Skills Needed in Today’s Workplace. Jurnal Business Communication, Vol. 75 (4), Sage Publication 2012.
Rozalena, Agustin dan Sri Komala Dewi. Panduan Praktis Menyusun Pengembangan Karier dan Pelatihan Karyawan. Jakarta, Penebar Sawadaya Grup: 2016.
Sailah, Illah. Pengembangan Soft Skills di Perguruan Tinggi. http://isailah.50webs.com. (diakses Jumat, 19 Mei 2017).
Santosa, Budi. Skema dan Mekanisme Pelatihan. Jakarta: Yayasan Terumbu Karang Indonesia, 2014.
Schulz, Bernd. The Important of Soft Skills: Education Beyond Academic Knowledge, Journal of Languange and Communication, 2008.
Semiawan, Conny R. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menegah. Jakarta: Gramedia, 2009.
Sucipta, I Nyoman. Holistik Soft Skill. Denpasar: Udayana University Press, 2009.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung, Alfabeta: 2010.
Sugiyono. Metode Penelitian dan Pengembangan. Bandung: Alfabeta, 2015.
Sumar, Warni Tune dan Intan Abdul Razak. Strategi Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Soft Skill. Yogyakarta: Deepublish, 2016.
Suparman, Atwi. Desain Instruksional Modern. Jakarta, Erlangga: 2014
Suprobo, et al. “Peran Pengembangan Handout dalam Pembelajaran IPS” Seminar Nasional Mahasiswa Kerjasama Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud 2016. 2017.
Susanto, Herri. Communication Skills. Yogyakarta: Deepublish, 2014.
Sembiring, Jimmy Joses. Perusahaan Tenang Karyawan Senang. Jakarta: Transmedia Pustaka, 2010.
Spencer, Lyle M. dan Signe M. Spencer. Competence at Work; Models of Superior Performence. Canada: John Wiley & Sons, Inc., 1993.
Suryanto, Didik, Waras Kamdi, dan Sutrisno. Relevansi Soft Skill yang Dibutuhkan Dunia Usaha/Industri dengan yang Dibelajarkan di Sekolah Menengah Kejuruan, Jurnal Teknologi dan Kejuruan. Vol. 36 (2). 2013.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT. Imperial Bhakti Utama, 2007.
Widarto. Pendidikan Soft Skills dan Hard Skills bagi Siswa SMK untuk Menyiapkan Tenaga Kerja Terampil. Artikel Seminar Nasional LPPM UNY. 2012
Yusuf, Syamsu dan Nani M. Sugandhi. Perkembangan Peserta Didik. Depok: Rajagrafindo Persada, 2014.
BPS, “Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan”,https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/970, (diakses Senin, 5 desember 2016)
http://www.suara.com/bisnis/ (diakses 20 Juli 2017)
http://www.dikti. go.id/index.php), (diakses 7 Juli 2017
Overview on Soft Skils; http://www.sinergi- group.com/files/Soft_Skill_Key_to_Your_Success.pdf (diakses 29 Mei
2017)
[1] http://www.dikti. go.id/index.php), diakses pada 7 Juli 2017.
Leave a Reply