By Muhamad Luthfi Imam Nurhakim
Bismillahirrahmanirrahiim
Segala puji bagi Allah, ini adalah hari ke-12 saya menginjakan kaki di kota Melbourne. Kota yang telah dipilih tujuh tahun secara berturut-turut sebagai “The Most Liveable City in the World”[1]. Walaupun kesan pertama saya ketika berada di Melbourne adalah: SEPI ?. Rupanya, akhir Desember hingga awal Januari, yang juga merupakan musim panas, adalah musim liburan (jadwal liburan akademik dengan liburan pegawai disamakan), sehingga (mungkin) banyak warga Melbourne menghabiskan waktu liburan di luar kotanya.
Belum genap 2 minggu di Melbourne, saya akui bahwa banyak alasan mengapa kota ini ditetapkan sebagai kota paling nyaman untuk hidup di dunia. Akses transportasi yang teratur, beragam dan relatif nyaman, jalanan yang ramah bagi pesepeda dan pejalan kaki, fasilitas umum yang baik, dan kota yang terbuka terhadap pendatang. Untuk poin terakhir, pendatang sebagian besar adalah mahasiswa internasional, yang jumlahnya mencapai lebih dari sepertiga mahasiswa domestik[2]. Jumlah mahasiswa domestik di Melbourne memiliki jumlah paling besar diantara kota-kota lainnya di Australia. Karena itu Victoria, negara bagian dimana Melbourne berada, dalam beberapa publikasi saya lihat menamakan dirinya sebagai State of Education (ngikuti Jogja kali ya ?).
Berada di Melbourne tentu bukan tanpa tujuan. Alhamdulillah saya berada di sini, hingga setidaknya empat tahun kedepan, karena mendapatkan kesempatan untuk melakukan studi S3 di bidang Aerospace Engineering di RMIT (Royal Melbourne Institute of Technology) yang dibiayai oleh Pemerintah Australia melalui skema beasiswa Australia Awards. Beasiswa ini adalah beasiswa internasional paling tua bagi mahasiswa Indonesia yang diberikan oleh suatu negara. Tercatat beasiswa ini telah dijalankan sejak 1953, dan rutin ditawarkan setiap tahun[3]. Sebelum berganti nama menjadi Australian Awards Scholarship, beasiswa ini lebih popular dengan nama Australian Development Scholarship (ADS).
AAS adalah beasiswa pascasarjana (Master dan Doktor) yang diberikan oleh Australia kepada negara-negara berkembang, terutama di kawasan Asia-Pasific. Beasiswa AAS adalah beasiswa yang memiliki reputasi internasional, meskipun seleksi untuk tiap negara dilakukan secara local/nasional. Tentu tidak ada istilah “makan siang gratis”. Beasiswa ini ditujukan oleh Pemerintah Australia dalam rangka meningkatkan pengetahuan, hubungan pendidikan, dan hubungan jangka panjang yang positif antara Australia, negara penerima, dan masyarakat global. Karena itu, target dari penerima beasiswa ini adalah individu di negara penerima yang memiliki potensi kepemimpinan dan menjadi pemimpin / pengambil keputusan di masa yang akan datang. Sehingga aspek leadership menjadi salah satu kriteria seleksi dari beasiswa ini. Dengan misi jangka panjang, PNS dari berbagai institusi diberikan alokasi khusus untuk mendaftar pada beasiswa ini.
Terkait seleksi, bisa dikatakan beasiswa AAS memiliki seleksi yang tidak kalah ketat dengan seleksi beasiswa popular lainnya seperti LPDP (Internasional), Fullbright (Amerika), DAAD (Jerman), atau Monbusho (Jepang). Pengalaman pribadi pada tahun 2017, tidak kurang dari 5300 pendaftar yang mengumpulkan berkas, kurang lebih hanya 300 orang diakhir seleksi yang berhak mendapatkan beasiswa ini. Jumlah penerima secara umum adalah 15% untuk studi S3, dan 85% untuk studi S2. Meskipun ketat, persyaratan yang diperlukan untuk melawar beasiswa AAS umumnya sama dengan beasiswa-beasiswa lainnya. Menurut pendapat pribadi hal-hal yang bisa memperbesar peluang diterimanya beasiswa ini adalah:
- Secara umum harus memenuhi kriteria dasar seperti akademik (IPK) dan Bahasa Inggris. Persiapkan dan ikuti ujian kemampuan Bahasa Inggris sedini mungkin, karena menjelang masa-masa pendaftaran beasiswa, umumnya pendaftar ujian tersebut di berbagai lembaga bahasa meningkat tajam.
- Melengkapi berkas dan mengumpulkannya tepat waktu. Perhatikan semua dokumen secara detail dan penuhi apa yang harus dilakukan terhadap dokumen tersebut. Selain perlu mengirimkan berkas dalam bentuk hardcopy, pelamar juga harus mengisi dan submit aplikasi berbasis web. Jangan pernah mengisi aplikasi berbasis web menjelang dateline, karena server web tersebut akan mengalami lonjakan traffic yang tinggi, sehingga dikhawatirkan tidak bisa diakses. Hal ini terjadi saat seleksi di tahun 2017, beruntungnya pihak AAS memperpanjang masa pendaftaran (jangan berharap terulang di 2018 ?).
- Memenuhi / memilih rencana studi sesuai bidang prioritas. AAS Indonesia memiliki prioritas tersendiri, dan biasanya dari tahun ke tahun akan ada sedikit perubahan bidang prioritas studi. Jika bidang anda tidak tertera dalam prioritas studi AAS, coba sesuaikan. Jangan terpaku pada apa yang telah anda pelajari, tapi pada potensi apa yang mungkin bisa anda pelajari, atau hubungkan apa yang anda telah pelajari dengan bidang prioritas yang ada. Pengalaman kerja atau rencana pekerjaan di masa yang akan datang bisa dijadikan sebagai landasan ketika merasa bidang prioritas yang ada tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan.
- Perempuan dan penyandang disabilitas sangat didorong untuk mendaftar. Proporsi jumlah gender penerima beasiswa ini bisa dikatakan seimbang. Sebagai gambaran, dalam kelas persiapan yang saya jalani, dari 16 penerima beasiswa, jumlah laki-laki dan perempuan sama jumlahnya.
- Perhatikan daerah prioritas. AAS menerapkan kuota khusus bagi pelamar dari provinsi-provinsi tertentu. Mereka menamainya Fokus Geografis. Tahun 2017, beberapa daerah yang menjadi focus geografis adalah Aceh, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Jika Anda berasal, baik itu tempat lahir ataupun tempat bekerja, dari daerah tersebut, peluang Anda lebih besar untuk diterima. Bahkan Anda juga diberikan keringanan syarat untuk nilai kemampuan Bahasa Inggris awal yang lebih rendah dibandingkan daerah non-prioritas.
- Bagi pelamar S3, topik penelitian, rencana kampus, dan rencana pembimbing mutlak harus ditetapkan secara mantap. LoA tidak menjadi jaminan bahwa peluang anda lebih besar untuk diterima (termasuk jenjang S2). Tapi yang menjadi acuan adalah topik penelitian yang sesuai dengan bidang prioritas, latar belakang, dan rencana Anda di masa yang akan datang. Rencana penelitian ini harus dipresentasikan saat anda menjalani sesi wawancara.
- Isi form online dengan sungguh-sungguh. Deskripsikan potensi dan aspek kepemimpinan anda secara jujur, jelas, baik secara personal maupun professional. Hal yang saya pelajari dari seleksi ini adalah, tim penguji membaca CV dan essay pelamar secara detail. Sehingga ketika wawancara yang dilakukan oleh tim penguji (mungkin) hanya mengkonfirmasi kesesuaian isian essay dengan hasil wawancara.
Poin-poin di atas adalah garis besar yang mudah-mudahan bisa memberikan gambaran terkait beasiswa AAS dan peluang mendapatkannya. Oh iya, beasiswa ini umumnya dibuka mulai bulan Februari, dan ditutup di akhir April setiap tahunnya. Lebih jelas mengenai program AAS di tahun 2018 silakan cek tautan berikut : http://www.australiaawardsindonesia.org/content/12/long-term-awards
Demikian informasi umum yang bisa saya paparkan, semoga bisa memberikan gambaran dan peluang mendapatkan beasiswa ini. Last but not least, selamat berjuang untuk mendapatkan impian yang anda inginkan. Jika melanjutkan studi ke luar negeri adalah cita-cita anda, go for it! Jangan lupakan D.U.I.T ? (Do’a, Usaha, Ikhtiar, Tawakal), dan percayalah bahwa rezeki yang Allah berikan tidak akan pernah tertukar.
Salam dari Melbourne,
Wassalamu’alaykum wr.wb
130C, 14 Januari 2018
Muhamad Luthfi Imam Nurhakim
[1] http://www.abc.net.au/news/2017-08-16/melbourne-named-worlds-most-liveable-city-for-seventh-year/8812196
[2] https://studentcities.com.au/study-melbourne/
[3] http://www.australiaawardsindonesia.org/content/11/about-australia-awards
Leave a Reply