Oleh Elivisofi Salafiah
Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial di dunia. Energi adalah suatu hal yang tak dapat lepas dari kehidupan sehari-hari. Dari hari ke hari kebutuhan akan energi semakin meningkat, peningkatan ini dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu, gaya hidup, kepuasan manusia yang tak ada hentinya, semakin majunya peradaban manusia dan lain-lain, terutama energi listrik. Seiring meningkatnya tarif listrik di tambah lagi masih ada warga Indonesia di daerah pedalaman terutama yang belum tersentuh listrik, maka dibutuhkan suatu energi yang terbarukan sehingga dapat mengurangi penggunaan energi yang tak terbarukan seperti minyak bumi. Selama ini penggunaan energi khususnya untuk penerangan masih bergantung pada listrik, namun di daerah yang belum tersentuh aliran listrik atau masih belum mampu membayar biaya listrik, masyarakat masih menggunakan media penerangan tradisional seperti lilin ataupun obor.
Lilin atau obor adalah sumber penerangan yang terdiri dari sumbu yang diselimuti oleh bahan bakar padat, namun kekurangan dari bahan penerangan tradisional ini adalah dampak negatif berupa potensi kebakaran yang mungkin terjadi bila terdapat kelalaian. Oleh karena itu diperlukan sebuah alternatif bahan baku penerangan yang aman dan efisien dalam menghasilkan energi cahaya. Salah satu potensi pengadaan sumber energi itu adalah dengan memanfaatkan zat asam dari belimbing wuluh. Belimbing wuluh tumbuh subur di Indonesia, tetapi karena keasamannya ini kehadiran belimbing wuluh seakan terabaikan. Padahal belimbing wuluh berpotensi untuk dikembangkan sebagai energi listrik alternatif yang mudah dan murah.
Belimbing wuluh berpotensi untuk dijadikan sumber energi listrik baru karena mempunyai beberapa kandungan kimia yang bersifat asam seperti: asam oksalat, asam sitrat, asam tartrat dan asam suksinat, asam format, glukosit, flavonoid, kalium oksalat, minyak menguap, fenol dan pektin. Sari buah belimbing wuluh ini diharapkan bisa dikembangkan dalam membuat alat penerangan baru berupa lilin listrik.
Lilin listrik dalam pengaplikasiannya akan membutuhkan bahan tambahan sebagai penguat daya listrik, maka perlu dilakukan penambahan NaCl serta asam sitrat. NaCl termasuk elektrolit kuat. Peningkatan konsentrasi NaCl yang terlarut akan menaikkan nilai Daya Hantar Listrik larutan yang diukur oleh alat menggunakan elektrode platina. Saat keadaan kristal (padatan) senyawa ion tidak dapat menghantarkan listrik, tetapi jika NaCl yang berikatan ion tersebut dalam keadaan lelehan atau larutan, maka ion-ionnya akan bergerak bebas, sehingga dapat menghantarkan listrik. Selain NaCl, ada zat tambahan yang diperlukan untuk membuat lilin listrik yaitu asam benzoat.
Asam benzoat atau C6H5COOH adalah padatan kristal berwarna putih dan merupakan asam karboksilat aromatik yang paling sederhana. Asam benzoat pada pembuatan lilin listrik bertujuan sebagai penambah energi listrik dan pengawet pada lilin listrik agar dapat bertahan lebih lama. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, lilin listrik ini memiliki tegangan hampir sama dengan tegangan yang dimiliki oleh baterai yaitu sebesar 1,5 Volt. Hal ini menjadikan potensi besar pembuatan lilin listrik sebagai energi listrik alternatif baru yang berbahan baku belimbing wuluh, NaCl, dan asam benzoat.
Adapun tahap-tahap untuk pembuatan lilin listrik yaitu set up alat, memblender sampel, menguji daya hantar listrik, hubungkan katoda dan anoda alat, dan pemakaian. Set up alat yaitu menyiapkan alat yang akan digunakan dalam pembuatan lilin listrik. Menyiapkan ember kecil, blender, tabung plastik, penyaring, alat Daya Hantar Listrik, lampu LED, kabel, gelas ukur tembaga dan lempengan seng.
Memblender Sampel dengan cara Belimbing Wuluh (Averrho bilimbi) yang telah dicuci besih, kemudian dihaluskan dengan blender dan dipisahkan dengan ampasnya lalu dituangkan kedalam tabung plastik dengan konsentrasi NaCl 50% dan konsentrasi Asam benzoat 30%. Belimbing wuluh yang telah dimasukkan ke dalam tabung plastik tersebut, diuji daya hantar listriknya. Buat rangkaian elektroda dengan menyambungkan antara tembaga dan lempeng seng menggunakan sistem silang.
Sistem silang yang dimaksud adalah tembaga-seng-tembaga-seng dan seterusnya. Tembaga dan lempengan seng tidak diperbolehkan saling bersentuhan agar arus listrik bisa mengalir.. Rangkaian yang digunakan adalah rangkaian seri. Susun rangkaian elektroda tersebut ke dalam tabung plastik yang telah disiapkan sebelumnya. Lilin listrik ini dapat diisi ulang yang dapat memudahkan masyarakat dalam membuatnya. Berdasarkan pemaparan di atas belimbing wuluh, NaCl, dan asam benzoat memiliki potensi yang besar untuk pembuatan lilin listrik sebagai energi listrik alternatif baru yang murah dan efisien yang dapat membantu masyarakat Indonesia yang berada di daerah pedalaman.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S, 2000. Pengawetan Tanah dan Air. Departemen Ilmu-Ilmu Tanah, Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Eko W. Irianto. 2004. Pengaruh Multiparameter Kualitas AirTerhadap Parameter Indikator Oksigen Terlarut Dan Daya Hantar Listrik (Studi Kasus Citarum Hulu). JLP. Vol. 18. No. 54.
Halliday, Resnick. 1999. Fisika. Edisi ketiga. Jakarta : Erlangga.
Handayanto dan Hairiah. 2007. Biologi Tanah. Yogyakarta : Pustaka Adipura.
Iqbal, A. 2008. Potensi Kompos dan Pupuk Kandang untuk Produksi Padi Organik di Tanah Inceptisol. Jurnal Akta Agrosia Vol.11 No.1 Hal: 13-18.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Presindo.
Lin, P. 1994. Bertanam Belimbing. Jakarta:Penebar Swadaya.
Mukhlis, F. 2003. Pergerakan Unsur Hara Nitrogen Dalam Tanah. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Unversitas Sumatera Utara.
Suripin. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta : Penerbit ANDI.
Sunarni,T.2005. Aktivitas Antioksidan Penangkap Radikal Bebas Beberapa kecambah Dari Biji Tanaman Familia Papilionaceae. Jurnal Farmasi Indonesia 2 (2), 2001, 53-61.
Zemansky. S. 2003. FISIKA Universitas jilid 2. Edisi kesepuluh, Jakarta :Erlangga.
Leave a Reply